ROMMY Ketum PPP di media sudah kasih kode katanya cawapres Jokowi dari NU dan pernah pengalaman di pemerintahan. Figur ini rame-rame ditafsirkan sebagai Mahfud MD. Rame-rame pula dinyatakan kalau benar akan berpasangan dengan Mahfud maka Jokowi dipastikan bakal kalah.
Kenapa begitu?
Pertama, Mahfud tidak merepresentasikan NU yang sebenar-benarnya. Dulu tokoh NU juga pernah bersanding jadi cawapresnya Megawati yaitu KH Hasyim Muzadi, dan Gus Sholah yang berpasangan dengan Wiranto. Tetapi keduanya kalah. Kurang apa kedua kiai dan ulama terpandang itu? Jawabnya, karena konteks permasalahan waktu itu berbeda dengan sekarang.
Kedua, Mahfud MD bukan sosok yang mampu membantu Jokowi menyelesaikan persoalan utama yang sedang dihadapi oleh negara ini hari ini, yaitu masalah keterpurukan ekonomi. Akibat jalan sesat ekonomi neoliberal yang menyebabkan perekonomian nasional sangat sulit tumbuh dan menjadikan rakyat semakin terbelit kesengsaraan.
Ketiga, kalau seandainya Prabowo berpasangan dengan Ustadz Abdul Somad dipastikan pasangan Jokowi-Mahfud bakal kalah. Pertama karena Mahfud kalah populer dengan Ustadz Somad. Kedua, Ustadz Somad lebih dapat diterima oleh lapisan umat di bawah (yang umumnya merupakan para Nahdliyin). Ketimbang Mahfud. Namun demikian jika pasangan Prabowo-Somad menang Pilpres, kondisi perekonomian dipastikan tidak akan lebih baik alias akan tetap terpuruk, bahkan kemungkinan memburuk. Karena pemerintahan Prabowo-Somad akan menerima warisan beban masalah ekonomi yang ditinggalkan oleh pemerintahan Jokowi. Oleh sebab itu sebenarnya tokoh yang tepat untuk dijadikan cawapresnya Jokowi maupun cawapresnya Prabowo adalah ekonom terkemuka Dr Rizal Ramli.
Seperti diketahui, Rizal Ramli oleh banyak kalangan diyakini merupakan sosok alternatif dan kuda hitam dalam Pilpres tahun depan. Rizal sendiri merupakan Gusdurian yang sangat dekat dengan kaum Nahdliyin. Dekat dengan kalangan minoritas, dapat diterima oleh Muhammadiyah serta elemen pergerakan lainnya, termasuk masyarakat petani, nelayan, buruh, dan kaum marginal lainnya.
Yang juga penting Rizal Ramli memiliki banyak prestasi dan reputasi baik saat menjadi Menko Ekonomi, Menko Maritim, dan jabatannya yang lain, maupun saat sebagai tokoh pergerakan yang dikenal luas dan diakui oleh masyarakat sangat konsisten membela rakyat.
Pilpres 2019 seharusnya dimaknai sebagai momentum untuk penyelamatan bangsa. Kalau Jokowi dan Prabowo memaknainya sebagai sekedar pertarungan perebutan jabatan untuk mendapatkan kekuasaan, kemudian setelah berkuasa diam saja seperti batu, tak bergerak, tidak berbuat apa-apa, melainkan hanya berbasa-basi, maka Indonesia hanya tinggal menghitung hari (menghitung waktu) untuk benar-benar amblas, tenggelam, dan musnah akibat berbagai kehancuran dan kerusakan tatakelola yang terjadi di dalamnya.
Ibarat ungkapan saat menjelang jatuh dan hancurnya Kerajaan Majapahit yang pernah berjaya itu: Sirna Ilang Kerta Ning Bumi… –Yang kurang lebih bermakna: Akan hilang musnah segala kejayaan di bumi pertiwi ini, akibat para pemimpinnya yang berjiwa sempit dan kerdil …
Oleh : Arief Gunawan, Wartawan Senior.