Oleh Karyono Wibowo (Direktur Ekskutif Indonesian Public Institute).
Esensinews.com – Semakin dekat waktu pendaftaran pasangan calon presiden membuat atmosfir politik nasional kian menghangat. Utak-atik pasangan capres mendominasi wacana publik dalam beberapa pekan ini.
Menariknya, justru yang paling heboh adalah soal siapa cawapeesnya Joko Widodo (Jokowi). Pasalnya, mantan Walikota Solo yang akrab disapa Jokowi ini belum mengumumkan nama calon wakil presidennya. Publik semakin tak sabar menunggu siapa nama calon wakil presiden yang akan mendampingi calon petahana itu.
Publik boleh tak sabar, tetapi tentu saja ada sejumlah aspek yang menjadi pertimbangan dalam menentukan siapa cawapresnya Jokowi. Sebelum membuat keputusan yang tepat tentang pasangan calon perlu memperhatikan aspek elektabilitas, akseptabilitas, kapabilitas, integritas, loyalitas dan rekam jejak (track record).
Memilih figur yang bisa diterima semua pihak ini yang tidak mudah bagi Jokowi karena masing-masing partai memiliki kepentingan mengelola berbagai kepentingan partai agar tetap solid inilah tantangan bagi Jokowi. Tantangan penting lainnya bagi Jokowi adalah memilih figur yang memiliki loyalitas bisa bekerjasama dengan baik.
Aspek ini penting agar tidak terjadi konflik, sehingga pemerintahan bisa berjalan baik. Kalau soal kapabilitas dan integritas dari nama-nama yang muncul di publik pasti ada plus minusnya.
Dalam beberapa hari ini mencuat sejumlah nama yang disebut-sebut menjadi kandidat terkuat yang akan mendampingi Jokowi Ada sejumlah nama sepeti Mahfud MD dari kalangan non partai yang memiliki merk sebagai intelektual muslim.
Jika dibaca menguatnya figur-figur seperti TGB, Mahfud MD, Muhaimin Iskandar dan sejumlah ulama dalam beberapa hari ini menunjukkan ada kecenderungan “Kekuatan Islam” menjadi kata kunci (keyword) dalam konfigurasi posisi cawapres Jokowi. Hal itu didasarkan pada realitas politik kekinian, dimana politik identitas menjadi instrumen dalam kontestasi elektoral dan diyakini memiliki pengaruh di tingkatan pemilih.
Namun, dalam memaknai kata kunci “Kekuatan Islam” tersebut bisa menggunakan dua perspektif. Pertama, kekuatan Islam yang merujuk pada figur berlabel Islam yang memiliki basis pendukung Islam.
Kedua, bisa merujuk pada tokoh yang beragama islam tapi tidak berlabel sebagai tokoh Islam, tetapi dekat dan didukung ulama dan umat Islam. Artinya, yang menjadi kata kunci sejatinya adalah dukungan umat Islam mayoritas.
Sekarang tinggal tergantung Jokowi dan partai politik yang bakal mengusungnya untuk memilih cawapres dengan pertimbangan dan analisa yang tepat. Semua memiliki kelebihan dan kekurangan. Tinggal membuat skor atau rumus yaitu siapa tokoh yang memiliki skor terbaik dari semua kriteria di atas.