Oleh karena itu, MUI memperkenalkan arus ekonomi baru yang diyakini lebih memberi dampak yang dirasakan masyarakat kelas bawah. Hal tersebut sebelumnya sudah digaungkan pada Kongres Ekonomi MUI tahun lalu.
Maruf menyebut kongres yang pernah diselenggarakan MUI, memiliki tujuan agar bisa menjangkau pelaku ekonomi kecil dan menengah. Mereka adalah kelompok yang memang sudah selayaknya diperhatikan.
“Menerapkan prinsip trickle down effect efek (menetes ke bawah). Berharap yang besar akan meneteskan kepada yang kecil di bawah,” sebutnya.
Ma’ruf pun menuturkan bahwa dirinya sependapat dengan Rizal Ramli yang kerap mengkritisi pemerintah. Dengan catatan jika tidak melaksanakan kebijakan ekonomi dengan adil.
“Saya sepandapat dengan pidato Pak Rizal Ramli tentang ekonomi gelas anggur tadi. Saya kira perlu ada kerja sama antara Kadin dan MUI untuk mewujudkan ekonomi yang lebih berkeadilan,” ujar dia.
Hal yang sama juga dikatakan peneliti kebijakan publik Indonesia Public Institute (IPI) Jerry Massie.
Menurut Jerry, ada beberapa kejanggalan dan kebijakan ekonomi pemerintahan Jokowi yang timpang.
“Yang saya heran Sri Mulyani meraih predikat Menteri Keuangan terbaik di dunia. Indikator dari mana dan apa? It’s not beyond belief. Apalagi utang Indonesia saat ini sudah hampir mencapai Rp 5425 Triliun seperti dicatat BI pada kuartal I 2018. Bahkan dolar sudah tembus Rp 14.319. Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia naik 8,7 persen mencapai US$387,5 Miliar,” kata Jerry.