Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin mengatakan, fenomena itu menandakan kalau rakyat kebanyakan ingin sosok calon pemimpin alternatif selain petahana, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto sebagai calon presiden dalam Pilpres tahun 2019 nanti.
Pasalnya, nama besar kedua tokoh itu dinilai tak mampu mendongkrak tingkat elektabilitas calon kepala daerah dari partainya masing-masing. Masyarakat katanya sudah jenuh dengan keadaan ekonomi bangsa yang kian susah dan menginginkan sosok alternatif yang kompeten untuk memperbaiki keadaan itu.
Pengajar dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) ini megaku yakin bahwa dari 260 juta penduduk Indonesia, tentu ada tokoh yang mampu memberikan langkah-langkah solutif bagi semua permasalahan bangsa. Tidak seperti selama ini yang hanya terpusat pada Jokowi dan Prabowo.
“Harusnya dari jumlah penduduk yang banyak tersebut stok kepemimpinam nasional harusnya banyak. Harusnya banyak tokoh yang muncul. Di kita ini sedang krisis kepemimpinan. Oleh karena itu, (Indonesia) butuh figur baru yang solutif selain Jokowi dan Prabowo,” tekan Ujang.
Sementara menyinggung acara Halal Bihalal di Universitas Bung Karno (UBK), dimana saat itu, Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto dua kali menyebut ekonom senior Rizal Ramli sebagai calon presiden RI, Ujang menilai bahwa aksi itu merupakan upaya Prabowo untuk memperkenalkan seorang capres alternatif ke publik.
“Ya itu tadi, salah satunya untuk memperkenalkan kepemimpinan alternatif. Kepemimpinan yang baru,” pungkas Ujang.
Rizal Ramli diketahui sudah mendeklarasikan diri sebagai calon presiden dalam Pilpres 2019. Sementara Prabowo sendiri sejauh ini telah didorong kader Partai Gerindra untuk ‘nyapres’ pada pesta rakyat lima tahunan yang digelar tahun depan itu.